Nama : Rika
Anifiatul Mas’ula
NIM : 514 0211 354
Masalah Riil dalam Ekspor dan Impor
di Indonesia
Serta alasan terjadinya hal tersebut
Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik.
Namun dibalik kondisi itu tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan.
Masalah ini menyangkut pada kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan
dan Bank Indonesia, selaku bank sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau
memang sengaja untuk tidak menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor
dan impor) dengan maksud untuk mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan
kata lain,
berupaya agar nilai tukar rupiah menguat untuk menekan tingkat
inflasi. Kebijakan ini berdampak pada tingkat pengangguran menjadi tinggi dan
tidak bangkitnya sektor riil.
Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga
keseimbangan pada perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Kegiatan impor
berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor
terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan
untuk memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai
tukar rupiah tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal
sementara harga barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang
semakin kuat. Kekuatan dari keduanya (ekspor dan impor) menjadi tidak seimbang
dan ini tidak menyehatkan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan
pencapaian tingkat inflasi yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak
melihat pada sektor yang lainnya seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja
yang menganggur dan sebagainya. Itu berarti mereka lebih senang bermain di
sektor keuangan dari pada di sektor riil. Mereka lebih senang bermain dalam
hitungan angka angka yang tidak membumi pada perekonomian Indonesia daripada
bagaimana mendorong perekonomian riil, meningkatkan produksi dan meningkatkan
kesempatan kerja.
Kasus Apresiasi dan
Depresiasi dalam
Nilai Tukar Nominal
& Nilai Tukar Riil
Kenaikan kurs riil dollar (yang
disebut depresiasi riil dollar) bisa menimbulkan berbagai implikasi. Yang
paling mencolok, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan rumus tersebut,
kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan daya beli dollar si wilayah Indonesia
bila dibandigkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli
ini terjadi karena harga dollar dari barang-barang Indonesia mengalami kenaikan
relative terhadap harga dollar di barang-barang Amerika.
Dalam contoh numeric kita, depresiasi nominal dollar
sebesar 10% menyebabkan qS/DM meningkat menjadi 1,1 komoditi
Amerika per komoditi Indonesia, ini merupakan depresiasi riil dollar terhadap
DM sebesar 10%. Depresiasi ini berarti bahwa daya beli dollar terhadap barang
maupun jasa Indonesia turun 10% bila
dibandingkan dengan daya belinya terhadap barang dan jasa Amerika.
Meskipun banyak unsur di tingkat harga nasional tidak
bisa diperdagangkan secara internasional, kita bisa menganggap kurs riil
dollar/DM, atas qS/DM, sebagai harga relative produk-produk
Indonesia secara keseluruhan terhadap produk-produk Amerika. Harga relative itu
adalah harga jual beli hipotesis atas komoditi Indonesia yang dilakukan oleh
orang-orang Amerika (jual beli itu akan berlangsung bila jual beli terhadap
harga-harga domestic dimungkinkan). Dollar dianggap mengalami depresiasi secara
riil terhadap DM bila qS/DM meningkat karena daya beli
hipotesis dari produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk
Indonesia menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan
dengan barang dan jasa Indonesia.
Adapun apresiasi riil dollar terhadap DM merupakan
penurunan dalam qS/DM. penurunan ini menunjukkan merosotnya harga
relative dari produk-produk di Indonesia, atau meningkatnya daya beli dollar di
Indonesia (bila dibelanjakan di Indonesia) dibandingkan dengan daya belinya di
Amerika.
Cara kita menyatakan depresiasi maupun apresiasi riil
dollar terhadap DM sama dengan kita yang kita gunakan pada kurs nominal (yaitu
ES/DM) artinya adalah depresiasi dollar, ES/DM turun berarti dollar mengalami
apresiasi. Rumus yang telah dibahas tadi menunjukkan bahwa bila harga-harga
output tidak berubah, depresiasi maupun apresiasi nominal akan menimbulkan
depresiasi atau apresiasi riil, dan demikian juga sebaliknya.jadi pembahasan
kita mengenai perubahan kurs riil juga melibatkan, pada kasus khusus pengamatan
bila harga uang domestic dan berbagai barang tetap, maka depresiasi dollar akan
mengakibatkan barang-barang di Amerika menjadi lebih murah jika dibandingkan
barang-barang dari Negara lain, sedangkan apresiasi nominal dollar menyebabkan hal
sebaliknya yaitu membuat barang Amerika menjadi lebih mahal.
source : Tugas Saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar